Komunikasi Produktif: Kulkas Baru
Pada awal penjelasan materi Komunikasi Produktif pada
perkuliahan Bunda Sayang Institut Ibu Profesional disebutkan bahwa selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan
melainkan dari cara penyampaiannya.
Maka belajar cara berkomunikasi yang produktif ini penting agar
cara berkomunikasi kita tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan,
baik kepada diri sendiri, kepada pasangan hidup kita dan anak-anak
kita.
Cerita kali ini tentang cara saya mengkomunikasikan
keinginan saya kepada suami dan mencari solusi atas keinginan saya tersebut. Pada
materi Komunikasi Produktif memang dijelaskan bahwa komunikasi di antara 2
(dua) orang dewasa selayaknya mengedepankan nalar, mendasarkan pada fakta/data,
dan untuk problem solving.
Lalu apa keinginan saya?
Sebagai ibu bekerja di ranah publik yang memiliki bayi tentu
saya harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya, walaupun hal ini sudah 2 (dua)
kali saya alami pada anak pertama dan kedua. Anak pertama dan kedua saya Alhamdulillah menyusu ASI selama 2 (dua)
tahun, bahkan lebih untuk anak yang kedua. Maka saya pun bertekad untuk anak
yang ketiga ini saya dapat memberikan hak ASI kepadanya. Aamiin.
Untuk itu, saya pikir saya butuh kulkas baru, kulkas freezer khusus untuk ASIP.
Hmm...mungkin ada yang jadi berpikir, lah yang sebelumnya pakai apa menyimpan ASI Perah (ASIP)-nya? Dulu pekerjaan
saya belum sepadat sekarang, dan ada suatu momen yang membuat saya berpikir
bahwa saya butuh kulkas khusus sekarang.
Beberapa waktu yang lalu, saya harus ke dokter gigi karena
gigi yang bermasalah sejak hamil harus segera ditangani. Pada saat hamil,
dokter gigi saya tidak mau mengambil tindakan sehingga hanya dirawat seperlunya
dan dokternya berjanji akan menanganinya setelah saya melahirkan. Saya
menitipkan si kecil pada bude dan menyiapkan ASIP-nya karena khawatir akan
lama. Sepulang dari dokter gigi, bude cerita bahwa porsi menyusu ASIP si kecil
berbeda dengan kakak-kakaknya. Porsi ASIP yang diminumnya (saat itu usianya 7
hari) sama dengan waktu kakak-kakaknya berusia 3 (tiga) bulan. Wow...berarti saya harus siap stok ASIP lebih
banyak. Kulkas yang ada sepertinya kurang memadai apalagi bercampur dengan
beraneka ragam sayuran dan lainnya.
Jadi, karena bermaksud membahas hal ini dengan suami...saya harus
memilih waktu dan suasana yang tepat
dan nyaman. Saat suami sedang bermain dengan si kecil di kamar, saya beranikan
diri untuk membahas ini. Saya ingat kaidah
7-38-55, 2C: Clear and Clarify, dan Intensity
of Eye Contact. Saya berusaha mengendalikan intonasi suara saat saya
membuka obrolan, juga bahasa tubuh serta ga
lupa eye contact. Bismillah..
“Yah..inget ga waktu
aku cerita kalau adek pas ditinggal
ke dokter gigi nyusu-nya banyak banget kayak Ajo sama Padukanya waktu
umur 3 bulan, pas baru ditinggal kerja lagi”, saya membuka obrolan.
“Iya inget, trus?”
“Aku jadi kepikiran
buat beli kulkas khusus ASIP gitu,
yang kulkas freezer. Apalagi sekarang
kerjaanku di kantor lebih repot daripada dulu kan, jadi mesti siap-siap stok ASIP lebih banyak”, jelas saya.
“Ya sudah kalau memang butuh, tapi beneran kepake kan ya? Sayang kalau udah beli tapi ga kepake
maksimal apalagi kalau sampe ga kepake
sama sekali”, suami mencoba memastikan. Hehehe..
“Iya, insyaAllah”
“Ya udah, nanti
kita cek ke toko tempat biasa kita beli elektronik. Kalau oke, ya insyaAllah kita beli”
“Yeaay..alhamdulillah.
Makasih, yaah”, saya senang sekali karena maksud saya tersampaikan pada
suami dan hasilnya sangat baik J
Alhamdulillah...akhirnya jadi beli juga. Semoga bermanfaat, bisa stok
ASIP banyak dan si kecil makin pinter nyusu-nya, jadi anak sehat. Aamiin.
#hari7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Komentar
Posting Komentar