Komunikasi Produktif: Kesayangan
"Buu...adek nangis", seru Dzikri dari dalam kamar.
"Ya sebentar", jawab saya yang sedang mengambil air minum.
Sesampai di kamar, rupanya Dzikri benar-benar menunggui adiknya.
"Cepetan buu, laper kayaknya buu"
Alhamdulillah baik Reyhan maupun Dzikri sangat menyayangi adiknya. Saya berusaha melibatkan mereka untuk keperluan adiknya. Jika diterapkan teknik komunikasi produktif tentu akan membuat mereka semakin senang, misalnya kaidah 7-38-55 dengan mengendalikan intonasi suara, menggunakan kalimat tunggal/sederhana (Keep Information Short and Simple), dan jelas dalam memberikan pujian.
Contohnya pada momen ini,
"Waaah, adek pipis rupanya", setelah saya cek rupanya adiknya menangis karena buang air kecil hingga basah mengenai bedongnya.
"Dzikri mau bantu ibu?, tanya saya pada Dzikri yang masih duduk di samping kasur adiknya.
Dzikri mengangguk.
"Tolong ambilin celana dan bedong adek ya", pinta saya.
"Celana di laci nomor 2, bedongnya di nomor 3 kan bu?", tanya Dzikri.
"Iya..hebat. Dzikri sudah tau ya tempatnya. Sering bantuin ibu sih ya", puji saya.
Setelah diambilkan semuanya, saya pun mengucapkan terima kasih sambil menatap wajahnya.
"Makasih ya naak..ibu seneng deh paduka Dzikri mau bantu ibu"
Oya, Dzikri ini suka protes kalau ada yang berbicara dengannya tapi tidak melihat atau menatapnya, haha..ini juga bahasa tubuh yang penting dalam komunikasi produktif kan, ternyata Dzikri sudah paham duluan 😀
#hari9
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Komentar
Posting Komentar