Komunikasi Produktif: Lego Block Time!
Menjadi ibu dari tiga anak laki-laki tentu suatu anugerah
sekaligus tantangan bagi saya. Saya akan berusaha mendampingi dan
mengoptimalkan potensi mereka dengan baik, yang tentu saja “memaksa” saya untuk
terus belajar dan memperbaiki diri. Salah satunya dengan mengikuti perkuliahan
Bunda Sayang Institut Ibu Profesional ini.
Ini adalah hari ketiga dari 10 (sepuluh) hari tantangan
mempraktikkan “Komunikasi Produktif”. Materi yang sangat penting karena
dibutuhkan sehari-hari agar maksud kita tersampaikan dengan baik.
Cerita hari ini tentang anak pertama dan kedua saya yang
usianya berjarak 2 tahun 4 bulan. Sepulang
sekolah, mereka protes karena lego block
yang sudah mereka rangkai tadi malam sudah tidak berbentuk seperti hasil
rangkaian mereka lagi. Dzikri, anak kedua saya, bahkan sampai menangis.
Setelah saya ingat-ingat, sepertinya yang mengubah bentuknya
itu anak tetangga yang datang saat saya sedang mencuci pagi tadi.
Saya mencoba membujuk mereka, “Maaf ya, mungkin adek Riski yang mainin tadi pagi. Ibu ga
lihat karena lagi nyuci. Kita buat
lagi aja yuk, tadi malam Reyhan buat
pesawat, Dzikri buat mobil tank kan
ya?”
“Tapi aku ga bisa
lagi buatnya” Dzikri masih saja menangis.
Sementara Reyhan, wajahnya tetap saja mendung.
“Bisaaaa...diinget-inget
lagi yang tadi malam. Kalian kan
sering main block ini, siapa tau nanti
malah jadi buat bentuk yang lebih keren lagi”
Diam, tidak ada tanggapan.
“Yuk..buatnya bareng-bareng, nanti kalau susah bisa saling
bantu” ajak saya.
Akhirnya mereka mengambil lego block, dan mulai merangkainya.
Baru saja saya lega dan kembali ke kamar untuk melihat adik
bayi, eh...
“Huhuhuuu...ibuuuk,
Ajo ga mau bantuin aku” terdengar Dzikri menangis lagi.
Saya panggil Reyhan, dan bertanya padanya, “Bener ga mau bantuin adek? Kenapa?”
Tentu saja ini sambil mengingat dan
menerapkan rumus 7-38-55, kendalikan intonasi suara dan bahasa tubuh.
Oya, ajo itu panggilan Dzikri ke kakaknya, Reyhan.
“Aku belum selesai, bu” Jawab Reyhan.
“Kalau sudah selesai?” tanya saya lagi.
“Ya nanti aku bantuin”
Oke, clear.
“Oooh..Dzikri, ajo itu belum bisa bantu karena punya ajo
juga belum selesai. Nanti kalau sudah selesai mau bantu kok. Sekarang Dzikri
buat sendiri dulu, biasanya kan jago
buatnya keren-keren”
Mereka mengangguk-angguk dan kembali fokus bermain. Tak lama,
saya dipanggil oleh mereka ke kamarnya. Ternyata mereka mau menunjukkan hasil
karya mereka.
“Wah, bagus hasilnya. Ibu suka kalian mau berusaha, mau
saling bantu juga. Keren.”
Setelahnya, mereka sibuk minta foto dengan berbagai pose. Sebenarnya
ada foto di mana mereka berdua berpose di depan karyanya sambil berpelukan,
tapi sayang fotonya blur. Yang penting cerita ini happy ending. Anak-anak kembali senang, ibunya lega.
Dengan mengingat dan menerapkan teknik komunikasi produktif,
perselisihan dan kesalahpahaman dapat dihindari. Kali ini teknik yang saya
gunakan antara lain mengganti kata “tidak bisa” menjadi “bisa”, keep information short and simple (KISS),
mengendalikan intonasi suara dan menggunakan suara ramah, fokus pada solusi
bukan pada masalah, dan jelas dalam memberikan pujian.
#hari3
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Komentar
Posting Komentar